Adab Menuntut Ilmu

Kita prihatin tatkala menyaksikan perilaku kurang pantas para pelajar. Perilaku yang menyimpang dari ajaran akhlaqul karimah. Karena itu menuntut ilmu perlu diperhatikan beberapa adab yang sesuai dengan ajaran agama islam. Dalam kitab “Bidayatul Hidayah” Hujatul Islam Imam Al-Ghazali menjelaskan beberapa adab yang harus dipenuhi dalam menuntut ilmu dapat berhasil dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Adab-adab tersebut adalah:

  1. Bila hendak menghadap guru atau berjumpa guru, maka berilah hormat dengan cara memberi salam terlebih dahulu.
  2. Jangan berbicara hal-hal yang tidak berguna di hadapan guru, apalagi jika pembicaraan itu tidak berkenan di hati guru.
  3. Jika bertanya jangan menyela pembicaraan guru tanpa minta izin, atau bertanya yang sifatnya menguji guru dengan memperlihatkan kepandaian sehingga ada perasaan dalam hatimu bahwa kamu lebih pandai dari gurumu. Bila guru berbuat kekeliruan maka peringatkan secara halus dan bijaksana, tidak dengan menentangnya.
  4. Jangan mengajak bercanda dan bersenda gurau dengan gurumu secara berlebihan.
  5. Jangan bertanya hal-hal yang tidak berguna, apalagi jika gurumu sedang banyak pikiran dan banyak pekerjaan.
  6. Jangan tegak dihadapan gurumu padahal dia senang duduk kalau tidak ada hal yang dikerjakan, atau berlaku tidak hormat lainnya, sehingga sikapmu tampak kurang ajar.
  7. Jangan mengajak gurumu bercakap-cakap di tengah jalan, atau bertanya suatu pelajaran di tempat yang kurang sopan dalam pandangan umum. Tapi datanglah menemuinya di rumah atau dimana saja tempat paling baik.
  8. Jangan buruk sangka terhadap guru. Barangkali ada perbuatan guru yang kamu anggap salah, maka bersabarlah kamu untuk memperoleh penjelasan darinya. Jangan terburu menyangkal. Jangan ulangi kesalahan Nabi Musa a.s. ketika berguru kepada Nabi Khaidlir, saat itu Nabi Musa a.s. tidak sabar menunggu penjelasan dari apa-apa yang telah diperbuat oleh Nabi Khaidlir.
  9. Jangan menghentikan langkah guru di tengah jalan hanya untuk hal-hal kecil yang tidak ada artinya.

Demikian bebebrapa adab yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh murid terhadap gurunya. Adab-adab tersebut harus dilaksanakan agar ilmu yang diperoleh dan dipelajari dari guru bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan di dunia serta untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Amin ya Rabbal Alamien.

 

 

Pentingnya ilmu bagi

Bagi

Seorang muslim menuntut ilmu adalah wajib hukumnya, banyak hadits yang telah menyatakan hal tersebut. Kewajiban menuntut ilmu bukan sebatas bagi anak usia sekolah, atau bagi mereka yang berusia muda saja, namun juga bagi yang sudah tua sekalipun. Karena menuntut ilmu merupakan kewajiban yang harus dilakukan seumur hidup (minal mahdi ilal lahdi). Ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan yang cukup mendasar dan merupakan kunci untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Para Rasul bertugas mengembangkan ilmu dari Allah, baik ilmu mengenai hubungan kita dengan Allah maupun ilmu yang menyangkut kebutuhan hidup yang kemudian menjadi kebudayaan yang sangat maju.

Dengan demikian, sebagai umatnya, kita harus mengikuti ajaran Rasulullah SAW yang menempatkan ilmu pengetahuan pada posisi yang sangat penting. Bila para Rasul giat menuntut ilmu, maka kita sebagai umatnya juga harus mengikuti jejak langkah mereka dengat giat menuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Menuntut ilmu wajib hukumnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

طَلَبُ الِعلْمُ فَرِ يْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلْمٍ وَمُسْلِمَةٍ

Artinya : “Menuntut ilmu itu hukumnya fardhu atas setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”.

Menurut kitab Ta’limul Muta’allimin, bahwa yang fardhu bagi setiap muslim itu bukanlah menuntut segala macam ilmu, melainkan “ilmul haal” (ilmu yang menyangkut kewajiban sehari-hari sebagai muslim. Seperti ilmu Taukhid, akhlaq dan fiqih). Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits : “Ilmu yang paling utama adalah ilmu Haal dan amal yang paling utama adalah menjaga Haal (hal-hak yang merupakan kewajiban sehari-hari seperti menghindari penyia-nyiaan harta dan kerusakan)”. Diwajibkan bagi setiap muslim mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban sehari-hari, dalam kondisi bagaimanapun. Karena wajib menjalankan sholat, maka wajib baginya mempelajari ilmu yang dibutuhkan di dalam shalatnya sesuai dengan batasan, agar dapat menunaikan kewajiban itu secara sempurna.

Demikian juga wajib baginya mempelajari ilmu yang mengantarkannya (ilmu yang menjadi prasyarat) menunaikan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya. Karena segala sesuatu yang wajib itu, maka mempelajari ilmunya hukumnya menjadi wajib pula. Demikian juga wajib mempelajari ilmu-ilmu mengenai aturan-aturan yang berhubungan dengan orang lain dan berbagai pekerjaan. Setiap orang yang terjun pada salah satu dari urusan-urusan/pekerjaan tersebut harus mempelajari ilmu yang menghindarkannya dari perbuatan haram di dalamnya. Islam tidak membedakan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Ilmu agama maupun ilmu umum dalam islam sama pentingnya untuk dipelajari dan dikuasai. Karena Allah telah menyuruh kita untuk mencari dan mencapai kebahagiaan di akherat tanpa mengabaikan kepentingan dan kebahagiaan duniawi. Dalam sebuah hadits Rasulullah pun menyatakan :

مَنْ اَرَاَدَ الدُ نْيَا فَعَلَيْهِ بِعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ اْلاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِلعِلْمِ (رواه الطبرانى)

Artinya : “Barang siapa yang ingin mencapai kebahagiaan dunia, maka harus dicapai dengan ilmu dan barang siapa ingin mencapai kebahagiaan akherat maka harus dicapai dengan ilmu dan barang siapa ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akherat maka harus dicapai dengan ilmu.” maka harus dicapai dengan ilmu dan barang siapa ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akherat maka harus dicapai dengan ilmu.”

 

Begitu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi saat ini telah menyebabkan kemudahan-kemudahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang transportasi, telekomunikasi, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Perkembangan yang demikian pesat ini, mungkin tidak pernah terbayangkan oleh generasi-generasi terdahulu, sebagaimana generasi sekarang yang tidak dapat membayangkan atau memprediksi betapa canggihnya kemajuan tehnologi di masa yang akan datang. Sebagai seorang muslim kita harus bisa memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi ini untuk sesuatu yang baik dan positif. Misalnya, kemajuan bidang transportasi dan komunikasi harus dimanfaatkan untuk meningkatkan silaturrahim dan mempermudah dakwah, kemajuan bidang komputer dan internet harus dapat dimanfaatkan untuk menambah ilmu pengetahuan, memudahkan mengkaji Alqur’an, mempelajari ilmu-ilmu dari ulama-ulama terkenal, dan sebagainya.

 

 
   

 

 

Rahasia dan inti shalat

Rahasia dan inti shalat adalah menghadapkan hati kepada Allah swt ketika shalat itu dan kehadirannya secara total di depan-Nya. Jika kita tidak menghadap kepada-Nya sibuk dengan urusan selain-Nya, sibuk dengan bisikan jiwa kita, maka kita ibarat orang yang mendatangi pintu sang penguasa, mengakui kesalahan dan kekeliruannya yang kita perbuatnya, mengharap kemurahan dan belas kasihnya, memohon santapan bagi kita agar memperoleh kekuatan untuk melaksanakan pengabdian kepada-Nya.

Namun setelah kita tiba diambang pintu-Nya dan tinggal berbisik kepada sang penguasa Allah SWT, justru kita berpaling dari-Nya, menengok ke kanan dan kekiri, bahkan memalingkan punggung kita dan sibuk dengan hal-hal yang dibenci sang penguasa dan menurunkan derajat kita di hadapan-Nya, padahal Dia-lah yang harus kita pentingkan yang harus dijadikan kiblat pengabdian dan arah pandangan hati kita yang sesungguhnya. Demikian gambaran shalat kita yang tidak khusuk.

Janganlah Allah swt memandang tidak berguna tingkat pengabdian kita, dalam shalat kita. Kita bertekad sekali melaksanakan tugas dan amanat kita tunaikan dengan sebaik-baiknya. Marilah anak-anakku, generasi muslim pengikut nabi kita Muhammad saw, manakala pengabdian kita dalam shalat bisa sempurna/khusuk, maka Allahw swt akan memberikan rahmat-Nya kepada kita dengan kebahagiaan hidup Allah swt, dengan kasih sayang-Nya tidak menyia-nyiakan pengorbanan, kesungguhan dan ketulusan hamba-Nya dengan karunia yang sangat menyenangkan terutama kelak di surga-Nya.

Shalat menjadi khusuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

  1. Shalat dikerjakan harus memenuhi syarat dan rukun shalat, karena ibadah shalat adalah sesuatu yang ditentukan oleh syara’.
  2. Mempersiapkan diri khususnya batin dengan rasa tawadlu’ kepada Allah swt, Dzat penentu hidup mati kita. Manakala ada panggilan adzan kita menyongsongnya dengan ketaatan untuk bersegera menunaikan shalat
  3. Berusaha memahami bacaan-bacaan yang ada dalam shalat, setidaknya kalau belum mampu memahaminya bisa dengan membayangkan lafalnya dalam hati
  4. Menjaga pandangan dengan menghadap ke tempat sujud (sajadah) karena setiap gerakan pandangan/penglihatan kepada suatu obyek hati dan pikiran orang akan terpengaruh obyek tersebut dengan godaan setan
  5. Istiqomah dalam menjalankan shalat. Sesuatu yang dikerjakan secara kontinyu dalam arti selalu menjaga shalatnya Allah swt akan memberikan rahmat-Nya.
  6. Shalat diusahakan ditunaikan dalam suasana dan lingkungan yang tenang
  7. Memohon dengan berdo’a kepada Allah swt akan rahmat-Nya dan diberikan kekuatan dan kesabaran dalam shalat yang akan ditunaikan
  8. Melepaskan diri hati kita dari sifat-sifat buruk seperti dengki, dendam, su’udzon kepada sesama atau sifat riya dan takabur agar tidak terbawa-bawa dalam pelaksanaan shalat
  9. Meyakini bahwa shalat yang dilaksanakannya adalah shalat terakhir dalam hidupnya
  10. Tidak tergesa-gesa dalam shalatnya dengan mengurangi perasaan dikejar-kejar oleh suatu acara/agenda sesudah shalat
  11. Berusaha menjauhi makanan dan minuman yang diharamkan baik dari jenis maupun perolehannya, karena membawa pengaruh dalam setiap ibadah yang dilakukan seseorang
  12. Shalat dilaksanakan secara berjamaah, karena di dalamnya mengandung keberkahan dan kesempurnaan dalam ibadah shalat selain pahala yang berlipat dari sisi Allah swt

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tempat Bersemayamnya Allah Subhanahu wa Ta’ala

1. Ini merupakan kekhususan yang paling besar dan agung yang dimiliki Al Arsy dimana karena inilah Al Arsy memiliki kekhususan-kekhususan yang lainnya.
Masalah bersemayamnya Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas Al Arsy telah ditunjukkan oleh Alkitab dan Assunnah, disebutkan dalam Al Quran sebanyak tujuh tempat dan tentunya penyebutan yang berulang-ulang ini menegaskan keagungan dan arti pentingnya Al Arsy ditambah dengan banyaknya hadits-hadits yang menunjukkan dengan tegas kebenaran hal tersebut.

Sesungguhnya madzhab salaf dari para sahabat, tabiin dan yang lainnya berpendapat bahwa Allah Subhanhu wa Ta’ala bersemayam diatas Al Arsy dengan tanpa takyif (membagaimanakannya), tamtsil (menyerupainya dengan makhluk), Tahrif (menyelewengkan makna yang sebenarnya) dan Ta’thil (menolaknya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam diatas ArsyNya dengan persemayaman yang sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya. Adapun hakikat bersemayamnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak diketahui oleh kita dan bertanya tentang hal itu satu kebidahan, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memperlihatkan kepada kita hakikat dzatNya, maka bagaimana kita dapat mengetahui bagaimana bersemayamnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Dia yang berfirman:

 وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ

Artinya  : Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. [Al-Baqarah/2:255]

2. Al-Arsy Adalah Makhluk Yang Tertinggi Dan Menjadi Atapnya Para Makhluk Yang Lain

Diantar kekhususan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Al Arsy adalah menjadikannya sebagai makhluk paling dekat denganNya dan yang paling tinggi lebih tinggi dari langit, bumi dan syurga dan dia merupakan atapnya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Artinya  : Jika kalian meminta, mintalah Alfirdaus, karena dia adalah tengah-tengah syurga dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai syurga.

Berkata Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Abi Zamaniin dalam kitabnya Ushulussunnah: dan dari pendapat Ahlussunnah adalah Allah telah menciptakan AlArsy dan mengkhususkannya dengan berada diatas dan ketinggian diatas semua makhluqNya kemudian bersemayam diatasnya.

Ketinggian Al Arsy sebagai makhluk yang paling tinggi menunjukkan secara langsung bahwa dia adalah makhluk yang paling dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hal ini sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu.

بَيْنَ السَمَاء السَابِعَةِ و الكُرْسِي خَمْسَمِائَةِ عَامٍ وَبَيْنَ الكُرْسِي والمَاء خَمْسَمِائَةِ عَامٍ وَالْعَرْشُ فَوْقَ الْمَاءِ وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ

Artinya  : Antara langit ketujuh dan kursi lima ratus tahun dan antara kursi dan air lima ratus tahun dan Al Arsy diatas air dan Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas Al Arsy.

Dan berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah : Adapun Al Arsy maka dia berupa kubah sebagaimana diriwayatkan dalam As Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im, dia berkata : Telah datang menemui Rasulullah seorang A’rob dan berkata : Wahai Rasulullah jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits sampai berkata Rasulullah

 إِنَّ الله عَلَى عَرْشِهِ وَ إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَوَاتِهِ وَ أَرْضِهِ كَهَكَذَا وَ قَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ اْلقُبَّةِ

Artinya  : Sesungguhnya Allah diatas ArsyNya dan ArsyNya diatas langit-langit dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah.

Dan tentang ketinggiannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Artinya  : Jika kalian meminta, mintalah Al Firdaus, karena dia syurga yang paling utama dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai syurga.

Dan jelaslah dengan hadits-hadits ini bahwa Al Arsy adalah makhluq yang paling tinggi dan dia seperti kubah.

3. Al Arsy Adalah Makhluk Yang Terbesar Dan Teragung Serta Terberat

Al Arsy merupakan makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar dan luas serta agung dan ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan agar sesuai dan pantas sebagai tempat bersemayamnya Dia Subhanahu wa Ta’ala.

Al Quran dan As Sunnah telah menunjukkan Kebesaran dan keluasan Al Arsy seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Artinya  : Dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung. [At Taubah/9:129]

Berkata Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini: bermakna Dialah pemilik dan pencipta segala sesuatu; karena Dia Rabb yang memiliki Al Arsy yang agung yang merupakan atapnya para makhluk dan semua makhluk dari langit dan bumi dan yang ada pada keduanya dibawah Al Arsy. Dan dari hadits-hadits Nabi adalah sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

إِنَّ الله عَلَى عَرْشِهِ وَ إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَوَاتِهِ وَ أَرْضِهِ كَهَكَذَا وَ قَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ اْلقُبَّةِ

Artinya  : Sesungguhnya Allah diatas ArsyNya dan ArsyNya diatas langit-langit dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah.

Disini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan Al Arsy seperti kubah atas alam ini yang terdiri dari langit-langit dan bumi serta isinya dan seperti atap untuk keduanya, disini sangat jelas menunjukkan keagungan, kebesaran dan keluasan Al Arsy, bukan hanya lebih besar dari langit-langit dan bumi akan tetapi keluasannya tidak dapat dibayangkan oleh kita, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu.

يَاأَبَا ذَرٍّ مَا السَمَوَاتُ السَبْعُ فِيْ الكُرْسِي إِلاَ كَحَلَقَةِ مُلْقَاةٌ بِأَرْضِ فَلاَة وَفَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الكُرْسِي كَفَضْل الفلاَةِ عَلَى الحَلَقَةِ

Artinya  : Wahai Abu Dzar tidaklah langit yang tujuh dibanding kursi kecuali seperti lingkaran (gelang) yang dilemparkan ke tanah lapang, dan besarnya Al Arsy dibandingkan dengan kursi seperti lebih besarnya tanah lapang dari lingkaran (gelang).

Dan dalam riwayat yang lain.

مَا السَمَوَاتُ السَبْعُ وَالأَرْضُوْنَ السَبْعُ وَمَا بَيْنَهُنَّ وَمَا فَيْهِنَّ فِيْ الكُرْسِي إِلاَ كَحَلَقَةِ مُلْقَاةٌ بِأَرْضِ فَلاَة وَإِنَّ الكُرْسِي بِمَا فِيْهِ بِالنِسْبَةِ إلَىالْعَرْشِ عَلَى كتِلْكَ الحَلَقَةِ عَلَىتِلْكَ الفلاَةِ

Artinya  : Tidak langit yang tujuh dan bumi yang tujuh dan apa yang ada diantara dan di dalamnya dibandingkan dengan kursi kecuali seperti lingkaran (gelang) yang dilempar ke tanah lapang, dan kursi dengan apa yang ada didalamnya dibandingkan dengan Al Arsy seperti lingkaran (gelang) tersebut pada tanah lapang tersebut.

Berkata Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu.

اَلْكُرْسِي مَوْضِعُ القَدَمَيْنِ وَ الْعَرْشُ لاَيَقْدِرُ قَدْرَهُ إِلاَ اللهُ

Artinya  :  Kursi tempat kedua telapak kaki dan Al Arsy tidak mampu mengukurnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Disamping Al Arsy ini adalah makhluk terbesar dan terluas, diapun terberat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihai wa sallam kepada Juwairiyah.

لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلاَثَ مَرَاتٍ لَوْ وَزَنْتِ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ اليَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ الله و بِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ و رِضِا نَفْسِهِ و زِنَةَ عَرْشِهِ ومِدَدَ كَلِمَاتِهِ

Artinya  : Sungguh aku katakan setelah kamu empat kalimat tiga kali, seandainya ditimbang dengan apa yang kamu ucapkan sejak hari ini maka sungguh dia dapat menyamainya, Subhanallah wa bihamdihi, ‘adada kholqihi wa ridho nafsihi wa zinata Arsyihi wa midada kalimatihi.

Berkata Ibnu Taimiyah : Maka ini menjelaskan bahwa berat Al Arsy paling berat timbangannya.

4. Al Arsy Tidak Termasuk Yang Digenggam Dan Digulung Ketika Hari Kiamat.

Ini merupakan kekhususan yang juga dimiliki oleh selainnya dan telah kita ketahui bahwa Al Arsy diciptakan sebelum diciptakannya langit dan bumi sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاء

Artinya  :  Diciptakannnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan taqdir-taqdir seluiruh makhluk sebelum di langit dan bumi lima puluh ribu tahun, beliau bersabda: dan Arsy Nya ada diatas air.

Dan telah kita ketahui bahwa langit dan bumi serta isinya akan di genggam dan digulung serta diganti seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَمَاقَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَاْلأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Artinya  :  Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.[Az-Zumar/39:67]

Dan firmanNya yang lain.

يَوْمَ تُبَدَّلُ اْلأَرْضُ غَيْرَ اْلأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارَ

Artinya  : (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. [Ibrahim/14:48]

Juga firmanNya.

يَوْمَ نَطْوِي السَّمَآءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَآ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ

Artinya  : (Yaitu) pada hari Kami menggulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama baegitulah Kami akan mengulangnya. Itulah janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. [Al-Anbiyaa/ : 104]

Dan dalam shohihain dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anh, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

يَقْبِضُ الهُض تَبَارَكَ وَتَعَالَى اْلأَرْضَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ مُلُوكُ اْلأَرْضِ

Artinya  :  Allah Subhnahu wa Ta’ala mengenggam bumi pada hari Kiamat dan menggulung langit dengan tangan kananNya kemudian berkata : Aku raja penguasa, mana para raja penguasa dunia.

Dan dalam riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu dengan lafadz.

يَطْوِي الهُن عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ المتكبرون

Artinya  :  Allah Subhnahu wa Ta’ala menggulung langit-langit pada hari Kiamat kemudian mengambil mereka dengan tangan kananNya kemudian berkata : Aku raja penguasa, mana para penindas, mana orang-orang yang sombong.

Demikianlah keadaan hari Kiamat langit dan bumi dihancurkan dan tersisa beberapa makhluq yang tidak dihancurkan dan dipunahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti Syurga, Neraka, Al Arsy menurut kesepakatan Ahlus Sunnah, maka Al Arsy di hari Kiamat tidak ikut digulung bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit di gulung dan di hancuran Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana ditunjukkan oleh firmanNya.

وَحُمِلَتِ اْلأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ وَانشَقَّتِ السَّمَآءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَآئِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Artinya  :  Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah Kiamat, dan tebelahlah langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang Malaikat menjungjung Arsy Rabbmu di atas ke kepala mereka.[Al Haaqqah : 14-17]

Demikian juga dalam surat Az Zumar setelah menjelaskan keadaan hari Kiamat, penduduk Neraka dan penduduk Syurga kemudian diakhiri dengan firmanNya.

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ ۖ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya  : Dan mereka mengucapkan:”Segala puji bagi Allah yangtelah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam jannah di mana saja kami kehendaki”. Maka jannah itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. Dan kamu (Muhammad) akan melihat melaikat-malaikat berlingkar disekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Rabb-nya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan:”Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam”. [Az-Zumar/39:74-75]

Berkata Syeikhul Islam : Adapun Al Arsy tidaklah masuk dalam makhluk-makhluk yang diciptakan dalam waktu enam hari dan tidak pula dibelah dan dipecah, bahkan hadits-hadits yang masyhur menegaskan apa yang telah ditunjukkan Al Quran tentang ketidak punahan Al Arsy, sebagimana dalam Ash Shohih bahwa atapnya syurga ‘Adn adalah Al Arsy, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Artinya  : Jika kalian meminta, mintalah Alfirdaus, karena dia syurga yang paling utama dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai syurga.

Atas kebasaran dan kekuasaan Allah sebagaimana diuraikan diatas, kewajiban kita sebagai manusia, adalah banyak bersyukur dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat-nikmatNya. Allah berfirman dalam QS: Ibrahim ayat 7 :

Artinya  : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Demikianlah kekhususan (karakteristik) Al Arsy menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah. Semoga bermanfaat.